MENGHADAPI
MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Dalam
menghadapi masalah pengelolaan kelas ada berbagai macam pendekatan yang sering
dan sudah biasa digunakan oleh guru, antara lain:
1.1 Pendekatan Dengan Menerapkan Sejumlah
‘Larangan dan Anjuran’
Yang
dimaksud dengan pemberian larangan dan anjuran adalah berupa peraturan mengenai
hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan juga berupa anjuran atau saran mengenai
hal-hal dan tingkah laku yang semestinya dilakukan oleh siswa. Untuk ini guru
diharapkan:
1.
Tidak menegur siswa dihadapan
teman-temannya.
2.
Dalam memberi peringatan kepada siswa,
janganlah menggunakan nada suara yang tinggi.
3.
Bersikap tegas dan adil terhadap semua
siswa.
4.
Tidak pilih kasih.
5.
Sebelum menghukum siswa, buktikanlah
terlebih dahulu bahwa siswa tersebut memang salah.
6.
Guru hendaknya patuh terhadap
aturan-aturan yang telah dibuatnya.
Larangan
dan anjuran ini akan efektif apabila disusun berdasarkan kontrak sosial,
sehingga tidak dirasakan oleh siswa sebagai pembatasan yang diberikan oleh
sekolah, tetapi lebih dirasakan sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati
bersama.
Pendekatan ini tampaknya mudah untuk
dilaksanakan, namun karena tidak didasarkan atas teori atau prinsip-prinsip
tertentu maka pada umumnya sulit dapat dilaksanakan secara mantap.
Masing-masing perintah dan larangan itu dapat diterapkan atas dasar
generalisasi dari masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Disamping itu,
guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya bersifat reaktif
terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul. Jangkauan tindakan yang
reaktif ini juga amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang
muncul sesewaktu saja.
Kesulitan
lain yang dapat muncul dari penerapan pendekatan perintah dan larangan yang
mirip resep ini ialah, jika resep itu ternyata gagal maka guru dapat kehilangan
akal dalam menangani masalah yang dihadapinya. Guru tidak mampu menganalisis
masalah itu dan tidak mampu menemukan alternatif-alternatif tindakan lain yang
justru mungkin lebih ampun dari perintah dan larangan. Guru yang hanya
menerapkan pendekatan ini dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan
kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
1.2
Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan
namanya, pendekatan ini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku
anak didik. Peranan guru disini adalah mengembangkan tingkah laku anak didik
yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
1.2.1
Penguatan Positif
Penguatan
positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian
terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan
seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi dan mudah
dibaca”.
Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
1.
Penguatan Primer (Dasar) yaitu
penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk
berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya.
Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam
kelas.
2.
Penguatan Sekunder (Bersyarat), yang
menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti
diperhatikan, pujian (penguat social), nilai angka, ranking (penguatan
simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk
kegiatan).
Ilustrasi:
·
Tingkah laku: Herman membuat tugas
mengarangnya dengan baik dan ditulis rapi.
·
Penguatan positif: Guru memuji pekerjaan
Herman dan memberikan komentar bahwa tugas yang ditulis oleh Herman lebih mudah
dibaca dibandingkan dengan ditulis secara tidak rapi.
·
Frekuensi tingkah laku: Untuk
tugas-tugas berikutnya Herman terus memperhatikan kerapian laporannya.
·
Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang
diberikan penguatan positif akan cenderung meningkat.
1.2.2 Penguatan Negatif
Penguatan
negatif adalah berupa peniadaan tingkah
laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada
siswa, karena siswa yang bersangkutan telah menlakukan tingkah laku yang
menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih baik akan
ditingkatkan frekuensinya.
Ilustrasi:
·
Tingkah laku: Fery melakukan kesalahan
saat berlatih ekstrakulikuler.
·
Penguatan negatif: Guru memberikan
hukuman berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali.
·
Frekuensi tingkah laku: Dalam latihan
selanjutnya, Fery tidak ingin melakukan kesalahan.
·
Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang
diberikan penguatan negatif akan cenderung meningkat.
1.2.3
Penghukuman
Penghukuman adalah pemberian
stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku
peserta didik yang tidak dikehendaki.
Ilustrasi:
·
Tingkah laku: Wahyu mengumpulkan jawaban
UTS 1 Bahasa Indonesianya yang kurang rapi.
·
Penghukuman: Guru memarahi Wahyu karena
tidak memperhatikan kerapian jawaban UTS 1, mengatakan bahwa lembar jawaban
yang tidak rapi susah dibaca dan menyuruh Wahyu untuk membuat ulang jawabannya
di lembar jawaban yang baru.
·
Frekuensi tingkah laku: Untuk
ujian-ujian selanjutnya Wahyu lebih memperhatikan kerapian lembar jawabannya
·
Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang
diberikan hukuman akan cenderung meningkat.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas dengan menggunakan
pendekatan penghukuman, yaitu:
1. Agar
peserta didik merasa ikhlas apabila menerima hukuman, maka sebaiknya aturan
pemberian hukuman dibuat bersama antara pendidik dan peserta didik atau minimal
disepakati oleh peserta didik.
2.
Pemberian hukuman hendaknya segera
setelah terjadinya pelanggaran.
3. Apabila
terdapat hal yang positif dalam peserta didik yang melakukan pelanggaran, maka
pemberian hukuman akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penguatan positif.
4. Setelah
menghukum peserta didik pendidik hendaknya bersikap wajar agar hubungan setelah
pemberian hukuman dapat pulih kembali.
5. Pemberian
hukuman hendaknya bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal
dengan satu macam hukuman.
1.2.4
Penghilangan
Penghilangan
adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian
respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dilakukan dengan
respon tersebut. Penghilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku
yang semula mendapat penguatan.
Ilustrasi:
·
Tingkah laku: Endra mendapat nilai
terbaik di setiap ujian matematika dan guru selalu memberikannya pujian.
·
Penghilangan: Pada saat guru membagikan
hasil ujian matematika Endra , guru memberikannya tanpa komentar, padahal nilai
ujian Endra tetap yang terbaik.
·
Frekuensi tingkah laku: Pada ujian
matematika berikutnya, nilai yang diperoleh Endra tidak menjadi yang terbaik.
·
Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang
sebelumnya mendapat penguatan dan kemudian dihilangkan akan menjadi menurun.
1.3 Pendekatan Iklim
Sosio-Emosional
Pendekatan ini dibangun atas dasar
pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan
yang baik antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya.
Hubungan guru dengan siswa dipengaruhi oleh:
1. Keterbukaan
atau sikap tidak berpura-pura dari guru. Guru perlu mengenal dirinya dengan
baik dan menampilkan dirinya sebagaimana adanya.
Guru hendaknya menyadari
perasaan-perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu
mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu
dan tidak pernah berpura-pura. Penampilan diri sebagaimana adanya merupakan
sikap paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
2. Penerimaan
dan kepercayaan guru terhadap siswa
Sikap menerima,
menghargai, mau membantu, dan percaya juga amat penting dalam membantu siswa
belajar. Jika tingkah laku siswa diterima gur maka siswa akan merasa bahwa ia
dipercaya dan dihormati. Dan dengan demikian guru yang menghormati dan
mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim
sosio-emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.
3. Empati
guru terhadap siswa
Pengertian dengan penuh empati
merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan
siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap
perasaan-perasaan siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian
terhadap keadaan siswa. Dengan demikian hubungan iklim sosio-emosional akan
berkembang.
Para penganut pendekatan ini
menekankan pentingnya guru berusaha sekuat tenaga untuk membantu siswa
menghindarkan diri dari kegagalan, karena kegagalan itu dapat melemahkan bahkan
membunuh motivasi, meningkatkan kecemasan, dan merangsang tumbuhnya tingkah
laku yang menyimpang pada siswa. Jadi, kelas harus dibuat sedemikian rupa
sehingga siswa merasa aman dan tentram, serta merasa memiliki kesempatan untuk
berbuat kesalahan dan kegagalan tanpa harus menerima hukuman yang berat.
Pendekatan ini berakar dari
pandangan yang mengutamakan hubungan guru dengan siswa yang penuh empati dan
saling menerima. Pendekatan ini percaya bahwa suasana kelas dipengaruhi oleh
guru yang mengajar, dan suasana kelas itu sendiri berpengaruh terhadap kegiatan
belajar siswa. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah
laku atau tindakan guru yang menyebabkan para siswa memandang bahwa guru itu
betul-betul terlibat dalam pembinaan siswa dan benar-benar memperhatikan
suka-duka mereka.
1.4 Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan
proses kelompok adalah usaha guru dalam mengelompokkan anak didik ke dalam
beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga
tercipta
kondisi kelas yang bergairah dalam belajar. Anggapan dasar yang dipakai adalah:
1. Kegiatan
siswa di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
Dalam kegiatan ini
kelompok bisa dipilih langsung oleh siswa atau ditentukan oleh guru di kelas. Dalam
hal ini, peranan guru yang utama adalah mengembangkan dan mempertahankan
keeratan hubungan antar siswa, semangat, dan orientasi pada tujuan dari
kelompok itu.
2. Kelas
adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana ciri-ciri yang
dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
1.5 Pendekatan Yang Tidak Tepat
Untuk Diterapkan
1.5.1 Tindakan Penghukuman atau
Pengancaman
Tindakan
ini tidak boleh dilakukan apabila:
1. Menghukum
dengan kekerasan, dan pengusiran.
2. Menerapkan
ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan.
3. Mengasari
dengan kata-kata, mencemooh atau menertawakan.
4. Menghukum
seorang siswa di antara siswa sebagai contoh siswa-siswa lainnya.
5. Memaksa
siswa untuk meminta maaf, atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.
1.5.2
Tindakan Pengalihan atau Pemasabodohan
1. Meremehkan
suatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
2. Menukar
susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
3. Mengalihkan
tanggung jawab kelompok kepada tanggung jawab seseorang anggota.
4. Menukar
kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa) untuk menghindari tingkah laku
tertentu dari siswa.
5. Mengalihkan
tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.
1.5.3 Tindakan Penguasaan atau
Penekanan
1. Memerintah,
memarahi, atau mengomel.
2. Memakai
pengaruh orang-orang yang berkuasa, seperti orang tua, kepala sekolah.
3. Menyatakan
ketidaksetujuan dengan menggunakan kata-kata, tindakan, atau pandangan.
4. Melakukan
tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dan ancaman-ancaman yang pernah
dijanjikan.
5. Mempergunakan
hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para pelanggar.
6. Mendelegasikan
wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar