Minggu, 22 November 2015

MENGHADAPI MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS

MENGHADAPI MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS

            Dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas ada berbagai macam pendekatan yang sering dan sudah biasa digunakan oleh guru, antara lain:
1.1  Pendekatan Dengan Menerapkan Sejumlah ‘Larangan dan Anjuran’
            Yang dimaksud dengan pemberian larangan dan anjuran adalah berupa peraturan mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan juga berupa anjuran atau saran mengenai hal-hal dan tingkah laku yang semestinya dilakukan oleh siswa. Untuk ini guru diharapkan:
1.      Tidak menegur siswa dihadapan teman-temannya.
2.      Dalam memberi peringatan kepada siswa, janganlah menggunakan nada suara yang tinggi.
3.      Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa.
4.      Tidak pilih kasih.
5.      Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa tersebut memang salah.
6.      Guru hendaknya patuh terhadap aturan-aturan yang telah dibuatnya.
            Larangan dan anjuran ini akan efektif apabila disusun berdasarkan kontrak sosial, sehingga tidak dirasakan oleh siswa sebagai pembatasan yang diberikan oleh sekolah, tetapi lebih dirasakan sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati bersama.
            Pendekatan ini tampaknya mudah untuk dilaksanakan, namun karena tidak didasarkan atas teori atau prinsip-prinsip tertentu maka pada umumnya sulit dapat dilaksanakan secara mantap. Masing-masing perintah dan larangan itu dapat diterapkan atas dasar generalisasi dari masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Disamping itu, guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya bersifat reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul. Jangkauan tindakan yang reaktif ini juga amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul sesewaktu saja.
            Kesulitan lain yang dapat muncul dari penerapan pendekatan perintah dan larangan yang mirip resep ini ialah, jika resep itu ternyata gagal maka guru dapat kehilangan akal dalam menangani masalah yang dihadapinya. Guru tidak mampu menganalisis masalah itu dan tidak mampu menemukan alternatif-alternatif tindakan lain yang justru mungkin lebih ampun dari perintah dan larangan. Guru yang hanya menerapkan pendekatan ini dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
1.2 Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
            Sesuai dengan namanya, pendekatan ini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
1.2.1 Penguatan Positif
            Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi dan mudah dibaca”.
Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
1.      Penguatan Primer (Dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas.
2.      Penguatan Sekunder (Bersyarat), yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat social), nilai angka, ranking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Ilustrasi:
·         Tingkah laku: Herman membuat tugas mengarangnya dengan baik dan ditulis rapi.
·         Penguatan positif: Guru memuji pekerjaan Herman dan memberikan komentar bahwa tugas yang ditulis oleh Herman lebih mudah dibaca dibandingkan dengan ditulis secara tidak rapi.
·         Frekuensi tingkah laku: Untuk tugas-tugas berikutnya Herman terus memperhatikan kerapian laporannya.
·         Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan positif akan cenderung meningkat.


1.2.2 Penguatan Negatif
            Penguatan negatif  adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena siswa yang bersangkutan telah menlakukan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih baik akan ditingkatkan frekuensinya.
Ilustrasi:
·         Tingkah laku: Fery melakukan kesalahan saat berlatih ekstrakulikuler.
·         Penguatan negatif: Guru memberikan hukuman berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali.
·         Frekuensi tingkah laku: Dalam latihan selanjutnya, Fery tidak ingin melakukan kesalahan.
·         Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan negatif akan cenderung meningkat.

1.2.3 Penghukuman 
            Penghukuman adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Ilustrasi:
·         Tingkah laku: Wahyu mengumpulkan jawaban UTS 1 Bahasa Indonesianya yang kurang rapi.
·         Penghukuman: Guru memarahi Wahyu karena tidak memperhatikan kerapian jawaban UTS 1, mengatakan bahwa lembar jawaban yang tidak rapi susah dibaca dan menyuruh Wahyu untuk membuat ulang jawabannya di lembar jawaban yang baru.
·         Frekuensi tingkah laku: Untuk ujian-ujian selanjutnya Wahyu lebih memperhatikan kerapian lembar jawabannya
·         Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang diberikan hukuman akan cenderung meningkat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas dengan menggunakan pendekatan penghukuman, yaitu:
1.      Agar peserta didik merasa ikhlas apabila menerima hukuman, maka sebaiknya aturan pemberian hukuman dibuat bersama antara pendidik dan peserta didik atau minimal
disepakati oleh peserta didik.
2.      Pemberian hukuman hendaknya segera setelah terjadinya pelanggaran.
3.      Apabila terdapat hal yang positif dalam peserta didik yang melakukan pelanggaran, maka pemberian hukuman akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penguatan positif.
4.      Setelah menghukum peserta didik pendidik hendaknya bersikap wajar agar hubungan setelah pemberian hukuman dapat pulih kembali.
5.      Pemberian hukuman hendaknya bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan satu macam hukuman.

1.2.4 Penghilangan
            Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Penghilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
Ilustrasi:
·         Tingkah laku: Endra mendapat nilai terbaik di setiap ujian matematika dan guru selalu memberikannya pujian.
·         Penghilangan: Pada saat guru membagikan hasil ujian matematika Endra , guru memberikannya tanpa komentar, padahal nilai ujian Endra tetap yang terbaik.
·         Frekuensi tingkah laku: Pada ujian matematika berikutnya, nilai yang diperoleh Endra tidak menjadi yang terbaik.
·         Kesimpulan: Frekuensi tingkah laku yang sebelumnya mendapat penguatan dan kemudian dihilangkan akan menjadi menurun.
1.3 Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
            Pendekatan ini dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang baik antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Hubungan guru dengan siswa dipengaruhi oleh:
1.      Keterbukaan atau sikap tidak berpura-pura dari guru. Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sebagaimana adanya.
Guru hendaknya menyadari perasaan-perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura-pura. Penampilan diri sebagaimana adanya merupakan sikap paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
2.      Penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa
Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Jika tingkah laku siswa diterima gur maka siswa akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dan dengan demikian guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio-emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.
3.      Empati guru terhadap siswa
Pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan-perasaan siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Dengan demikian hubungan iklim sosio-emosional akan berkembang.
            Para penganut pendekatan ini menekankan pentingnya guru berusaha sekuat tenaga untuk membantu siswa menghindarkan diri dari kegagalan, karena kegagalan itu dapat melemahkan bahkan membunuh motivasi, meningkatkan kecemasan, dan merangsang tumbuhnya tingkah laku yang menyimpang pada siswa. Jadi, kelas harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa aman dan tentram, serta merasa memiliki kesempatan untuk berbuat kesalahan dan kegagalan tanpa harus menerima hukuman yang berat.
            Pendekatan ini berakar dari pandangan yang mengutamakan hubungan guru dengan siswa yang penuh empati dan saling menerima. Pendekatan ini percaya bahwa suasana kelas dipengaruhi oleh guru yang mengajar, dan suasana kelas itu sendiri berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang menyebabkan para siswa memandang bahwa guru itu betul-betul terlibat dalam pembinaan siswa dan benar-benar memperhatikan suka-duka mereka.

1.4 Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok adalah usaha guru dalam mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga
tercipta kondisi kelas yang bergairah dalam belajar. Anggapan dasar yang dipakai adalah:
1.      Kegiatan siswa di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
Dalam kegiatan ini kelompok bisa dipilih langsung oleh siswa atau ditentukan oleh guru di kelas. Dalam hal ini, peranan guru yang utama adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat, dan orientasi pada tujuan dari kelompok itu.
2.      Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana ciri-ciri yang dimiliki oleh sistem sosial lainnya.

1.5 Pendekatan Yang Tidak Tepat Untuk Diterapkan
1.5.1 Tindakan Penghukuman atau Pengancaman
Tindakan ini tidak boleh dilakukan apabila:
1.      Menghukum dengan kekerasan, dan pengusiran.
2.      Menerapkan ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan.
3.      Mengasari dengan kata-kata, mencemooh atau menertawakan.
4.      Menghukum seorang siswa di antara siswa sebagai contoh siswa-siswa lainnya.
5.      Memaksa siswa untuk meminta maaf, atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.
1.5.2 Tindakan Pengalihan atau Pemasabodohan
1.      Meremehkan suatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
2.      Menukar susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
3.      Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada tanggung jawab seseorang anggota.
4.      Menukar kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa) untuk menghindari tingkah laku tertentu dari siswa.
5.      Mengalihkan tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.
1.5.3 Tindakan Penguasaan atau Penekanan
1.      Memerintah, memarahi, atau mengomel.
2.      Memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa, seperti orang tua, kepala sekolah.
3.      Menyatakan ketidaksetujuan dengan menggunakan kata-kata, tindakan, atau pandangan.
4.      Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dan ancaman-ancaman yang pernah dijanjikan.
5.      Mempergunakan hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para pelanggar.
6.      Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.



 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar